Minggu, 22 Juli 2012

MENCEGAH PATAH HATI

                 MENCEGAH PATAH HATI: APAKAH MUNGKIN?
 
  Saya tidak akan pernah lupa di malam saat saya menangis
  meraung-raung seolah-olah saya tidak mau berhenti menangis.
  Akhirnya yang bisa saya ingat adalah ke tempat tidur dan menangis
  sampai tertidur. Apakah Anda pernah patah hati? Apakah pada saat itu
  Anda merasakan sakit yang amat sangat hingga rasanya Anda ingin mati
  saja?
 
  Rasa sakit dan luka bisa muncul dalam bentuk yang berbeda-beda,
  tetapi rasa sakit yang muncul karena patah hati nampaknya adalah
  luka yang paling parah. Bisa muncul kekecewaan yang mendalam saat
  suatu hubungan harus putus di tengah jalan.
 
  Apakah mungkin kita menjalin cinta tanpa mau terluka? Tentu saja.
  Apakah ada hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencegah patah hati?
  Ya. Ada banyak hal yang bisa Anda lakukan untuk mencegahnya. Namun,
  Anda tidak bisa menghindarkan diri dari patah hati bila Anda
  memberikan hati Anda kepada seseorang. Semakin dalam relasi itu,
  semakin besar kemungkinan untuk merasakan sakit atau sukacita.
 
  Sayangnya, kita hidup di suatu dunia di mana ada banyak relasi cinta
  yang dijalin dengan bebas. Integritas ilahi sering kali tidak
  menjadi bagian dalam suatu relasi cinta, dan berbagai konsekuensi
  serta patah hati menjadi tak terelakkan. Bila pernah ada masa di
  mana kita memerlukan suatu panduan untuk menjalin cinta, maka
  sekaranglah masa itu! Bila opera sabun yang ditayangkan televisi
  menjadi standar kita, maka kita berada dalam masalah besar.
 
  Mengikuti beberapa kebenaran dasar dari firman Allah adalah jawaban
  untuk mencegah patah hati. Siapakah yang harus Anda ajak untuk
  berkencan? Siapakah yang harus Anda terima? Siapakah yang boleh Anda
  ajak untuk menghabiskan waktu? Hanya ada satu kunci utama dalam
  masalah menjalin cinta. Bila Anda adalah orang percaya, maka Anda
  harus berpacaran dengan orang Kristen pula.
 
  Allah berfirman, "Janganlah kamu menjadi pasangan yang tidak
  seimbang." Karena berpacaran sering kali bertujuan untuk pernikahan,
  maka jangan pernah berpacaran dengan seseorang yang bukan orang
  percaya. Selain itu, "Teman yang tidak baik merusak moral." Anda
  bisa saja berpikir bahwa Anda hanya bersenang-senang dan Anda tidak
  pernah ingin menikahi orang yang Anda pacari. Saya pernah mengenal
  orang-orang yang mulai berpacaran dengan seseorang hanya untuk
  bersenang-senang, tetapi akhirnya menikahinya. Dengan amat menyesal,
  mereka mengakui bahwa mereka telah melakukan kesalahan yang sangat
  besar. Berhati-hatilah terhadap orang yang Anda ajak untuk
  menghabiskan waktu bersama.
 
  Kunci untuk pernikahan yang sehat adalah rasa hormat. Oleh sebab itu
  salah satu tujuan terbesar dalam berpacaran haruslah rasa hormat.
  Bila Anda tidak menghormati orang yang Anda pacari dan bila mereka
  juga tidak menghormati Anda, maka putuskan hubungan Anda saat ini
  juga!
 
  Sering saya mendengar seorang wanita yang menceritakan bahwa
  pacarnya tidak menghormatinya dan pria itu sangat menekan dia dalam
  masalah seks. Ini adalah masalah klasik yang terus-menerus membuat
  para wanita patah hati. Bagaimana Anda menjaga hati Anda? Salah satu
  cara adalah dengan "mengendalikan gairah muda". Bila Anda bermain
  api, maka Anda akan terbakar.
 
  Sebagai orang Kristen, Anda harus memiliki kesadaran atas kesucian.
  Banyak hal yang bisa dikatakan dalam hal ini, tetapi kuncinya adalah
  kekudusan. Alkitab dengan jelas mengatakan, "Kuduslah kamu sebab
  Aku, Tuhan Allahmu, kudus." (Imamat 19:2) Ini termasuk apa yang Anda
  lihat, apa yang Anda baca, bagaimana Anda berpakaian, dan tentu saja
  dengan siapa Anda menghabiskan waktu.
 
  Bila Anda kudus dalam berpacaran, maka kecil peluang Anda merasakan
  patah hati. Doakan selalu setiap relasi yang Anda jalin. Mintalah
  kepada Allah untuk menunjukkan ke mana relasi itu harus berjalan.
  Perlakukan mereka seperti Anda ingin diperlakukan.
 
  Jagalah supaya relasi itu kudus. Jagalah supaya relasi Anda
  sederhana. Jagalah supaya relasi Anda dijalani dengan tangan yang
  terbuka. Minta Allah untuk menggunakan Anda sebagai alat untuk
  membawa seluruh teman-teman Anda datang kepada Tuhan. Jujurlah
  kepada diri sendiri dan tentu saja jujurlah kepada orang yang
  berpacaran dengan Anda. Bila orang yang berpacaran dengan Anda
  mencoba untuk mengelabuhi Anda dengan berpura-pura sebagai orang
  Kristen, tetapi itu hanya untuk mencuri hati Anda saja, mintalah
  kepada Tuhan untuk menunjukkan kepada Anda siapakah dia yang
  sebenarnya.
 
  Seorang wanita menceritakan kepada saya tentang luka hatinya yang
  amat dalam karena terburu-buru menikah. "Tolong katakan kepada
  setiap orang yang belum menikah supaya mereka tidak dibutakan oleh
  pikiran bahwa pria yang mereka pacari adalah orang beriman padahal
  sebenarnya tidak. Saya terlalu cepat menikahi suami saya. Saya pikir
  dia adalah orang percaya, dan sekarang saya tahu saya sangat salah.
  Lebih baik melajang daripada hidup dalam pernikahan yang keliru."
 
  Apakah mungkin menghindari patah hati? Tidak ada jaminan. Tetapi ada
  cara-cara untuk mencegah sakit supaya tidak menghancurkan hidup
  Anda. Dalam setiap relasi yang Anda jalin, berjalanlah di jalan yang
  benar yang berkenan di hadapan Tuhan. Ya, saya pernah patah hati
  berkali-kali, tetapi puji Tuhan, Ia sangat dapat dipercaya. Bila
  saya renungkan lagi masa lalu saya, saya sangat bersyukur atas
  relasi yang pernah putus karena bila tidak, maka saya dihadapkan
  pada pernikahan yang salah.
 
  Tunggulah di dalam Allah. Percayalah kepada Allah. Serahkanlah
  harapan, sukacita, dan mimpi-mimpi Anda kepada Allah. Bila Ia ada di
  tempat yang terutama, maka menikah atau tidak, Anda akan memiliki
  damai yang tidak dapat diambil oleh seorang pun atau apa pun juga.
  (t/Ratri)
 
  Diterjemahkan dari:
  Nama situs        : CBN.com
  Judul asli artikel: Preventing a Broken Heart: Is It Possible?
  Penulis           : Kathleen Hardaway
  Alamat URL        : http://www.cbn.com/family/datingsingles/hardaway_frogs.aspx
 
                     ========== TELAGA ==========
 
  Kepedihan yang timbul karena patah hati bisa sangat melukai orang
  yang mengalaminya sehingga terkadang bisa menimbulkan reaksi yang
  berkepanjangan. Lalu, apa yang bisa dan seharusnya kita lakukan bila
  kita atau orang yang kita kasihi ini patah hati? Ringkasan
  tanya-jawab dengan Pdt. Paul Gunadi berikut ini, kiranya bisa
  menjawab pertanyaan di atas. Selamat menyimak.
 
                              PATAH HATI
 
------
  T : Apakah yang disebut dengan patah hati itu?
 
  J : Patah hati merupakan reaksi terhadap putusnya relasi cinta. Ada
      beberapa gejala yang sering kali dikaitkan dengan patah hati,
      yaitu murung, tidak bersemangat menghadapi hidup, atau bahkan
      ada yang menjadi sangat khawatir akan masa depannya. Ada juga
      yang bereaksi marah dan frustrasi, melakukan hal-hal yang salah
      yang tidak dipikirkan panjang, atau ada di antara mereka yang
      kehilangan arah hidup. Reaksi-reaksi ini biasanya merupakan
      wujud dari bergejolaknya jiwa yang disebabkan oleh patah hati
      itu.
------
  T : Apakah gejala itu tidak sama pada pemuda dan pemudi, walaupun
      mereka sama-sama mengalami patah hati?
 
  J : Ternyata memang tidak selalu sama. Ada yang cenderung murung,
      tapi ada yang cenderung frustrasi dan marah, jadi biasanya
      reaksi itu bisa dipengaruhi oleh kepribadian kita secara umum.
------
  T : Kalau sejak awal sebenarnya salah satu dari mereka itu sudah
      tidak berniat untuk meningkatkan hubungan mereka pada tingkat
      pacaran, apakah itu bisa dikatakan sebagai patah hati?
 
  J : Relasi cinta didirikan di atas dua pribadi, bukan satu; tidak
      bisa bertepuk sebelah tangan. Jadi harus ada kesediaan dari
      kedua belah pihak untuk membina atau melanjutkan hubungan ini.
      Sifat dari cinta itu menyatukan, jadi waktu kita mencintai
      seseorang, kita disatukan dengan orang itu. Orang tersebut masuk
      menjadi bagian dari diri kita, bagian dari hidup kita dan kita
      tidak lagi hidup sendiri. Meskipun secara fisik kita masih
      sendiri dan belum menikah dengan dia, namun sesungguhnya secara
      emosional kita telah melebur menjadi satu dengan dia. Putus
      cinta seolah-olah seperti orang yang kita kasihi tersebut
      direnggut atau ditarik keluar dengan paksa dari dalam hati kita,
      ini benar-benar akan merobek-robek hati. Yang membuat patah
      hati itu begitu menyakitkan dan berkepanjangan adalah efek
      setelah dirobek, yaitu terciptanya lubang yang besar dalam hati
      kita yang akhirnya menimbulkan rasa hampa dalam diri kita dan
      ini yang harus kita hadapi hari lepas hari.
------
  T : Apakah luka atau lubang itu pada saatnya nanti bisa sembuh?
 
  J : Seyogianya akan sembuh seiring dengan berjalannya waktu. Namun,
      kadang kala yang terjadi adalah komplikasi, misalnya hendak
      bunuh diri atau bahkan benar-benar bunuh diri dan membunuh
      pasangannya. Ada lagi yang menjadi lumpuh secara sosial, secara
      mental tidak bisa keluar rumah, tidak bisa menghadapi orang,
      mengurung diri di kamar, tidak bisa bekerja. Ada juga yang tidak
      lagi memunyai kepercayaan diri, benar-benar meragukan dirinya,
      apakah dia masih berharga, tidak lagi percaya pada
      pertimbangannya bahwa saya ini bisa salah, saya ini pasti juga
      keliru. Ada juga yang kehilangan penghargaan dirinya,
      benar-benar merasa seperti sampah, tidak lagi memunyai nilai.
------
  T : Dan biasanya problem sampingan itu menimbulkan dampak yang jauh
      lebih negatif?
 
  J : Betul sekali, kalau komplikasi ini tidak terawat akhirnya
      menjadi problem yang lebih serius, misalnya, ada orang yang
      gelap mata membunuh mantan kekasihnya. Mengapa? Penyebabnya
      adalah merasa dirugikan. Contohnya adalah sudah adanya hubungan
      seksual. Biasanya ini lebih sering dialami oleh para wanita,
      sebab mereka sudah memberikan tubuh mereka kepada pacarnya,
      kemudian pacarnya meninggalkannya. Tidak bisa tidak wanita ini
      akan mulai berpikir, nanti bagaimana, siapa yang akan bersedia
      menikahinya, apakah harus mengakui problemnya ini kepada orang
      lain. Dirugikan yang lain, misalnya ada orang yang merasa
      diperdaya, karena dia sudah begitu percaya, tahu-tahu
      pasangannya memunyai pacar lain. Ada juga yang merasa
      dimanfaatkan, bertahun-tahun berpacaran harus mengeluarkan
      banyak biaya, mengongkosi pacarnya, dsb., namun kemudian
      ditinggalkan begitu saja. Yang lainnya ada yang merasa
      kehilangan kesempatan emas. Artinya dia melihat pasangannya ini
      adalah hadiah yang terbaik yang dia peroleh selama hidup ini,
      namun kemudian hadiah terbaik itu menolak dia, meninggalkan dia,
      dan dia tidak lagi memunyai kesempatan emas bersama dengan orang
      yang dia dambakan atau idealkan ini. Bisa jadi sebagai reaksinya
      adalah mau bunuh diri; hidupnya benar-benar hancur dan tidak
      lagi merasakan adanya harapan untuk masa depannya.
------
  T : Sebenarnya apa yang disarankan kalau ada pemuda atau pemudi yang
      mengalami patah hati?
 
  J : Sebagaimana hal lainnya dalam hidup, kita pun perlu menempatkan
      patah hati dalam kerangka pimpinan Tuhan. Maksudnya, tidak ada
      sesuatu yang terjadi di luar kuasa atau izin Tuhan, termasuk
      putus atau ditinggalkan pacar kita. Ada dua prinsip dari
      pernyataan ini. Pertama, pemahaman bahwa Tuhan memimpin kita.
      Sesungguhnya kita harus mengajukan pertanyaan, apakah Tuhan
      berkenan dengan hubungan ini. Tuhan tidak berkenan kita bersama
      dengan orang yang tidak seiman, meskipun kita anggap tidak
      apa-apa. Tuhan juga tidak berkenan pada hubungan yang penuh
      dengan tipu muslihat, kebohongan-kebohongan, atau pasangan kita
      memunyai kehidupan yang tidak bermoral. Kalau memang kita tahu
      Tuhan tidak berkenan, terima fakta ini sebagai cara Tuhan
      memisahkan kita dari ikatan yang Tuhan tidak kehendaki. Namun,
      jika kita berkata hubungan ini Tuhan perkenan, pacar kita juga
      anak Tuhan, dan relasi kita baik-baik saja, namun akhirnya putus
      juga, maka kita terima fakta ini sebagai bagian dari pimpinan
      Tuhan atas hidup kita yang kita tidak mengerti. Pertanyaan
      berikutnya adalah apakah Tuhan sedang memperlihatkan sesuatu
      kepada kita. Maksudnya, mungkin sekali kita berandil dalam
      putusnya relasi ini, tapi mungkin juga tidak. Jika kita akui
      kita berandil, kita terima meskipun harus melalui kepahitan
      dalam menerimanya. Atau jika kita memang tidak berandil, kita
      akui kita tidak berandil. Dia yang lemah, yang akhirnya
      meninggalkan kita. Kita lihat pasangan kita dengan objektif,
      tidak perlu ditutup-tutupi, tidak perlu dibesar-besarkan, tidak
      perlu dikecil-kecilkan, kemudian ampuni dia.
------
  T : Kalau kita sebagai orang tua melihat anak kita sudah mulai
      pacaran, apakah benar kalau kita mengatakan bahwa dia juga harus
      menyiapkan dirinya untuk mengalami patah hati?
 
  J : Sekali-sekali kita berbicara begitu tidak apa-apa, yang penting
      jangan terus-menerus mengatakannya sebab bisa menciptakan
      ketakutan yang irasional pada anak kita. Namun pada prinsipnya,
      orang yang mencintai perlu siap untuk terluka, itu tidak bisa
      dihindari. Bahkan dalam pernikahan kita, kadang-kadang kita
      terluka gara-gara kita terlibat dalam sebuah hubungan yang
      sangat pribadi, sangat-sangat dekat dengan hati kita, kita
      mencintai istri kita atau suami kita. Jadi orang yang tidak siap
      untuk terluka dan tidak mau, misalnya sampai harus sakit hati,
      ya tidak bisa menjalin hubungan cinta.
------
  T : Bagaimana kita bisa memberikan semangat supaya dia mau memulai
      lagi dan tidak merasa jera dengan pengalamannya itu?
 
  J : Pertama, kita memang mesti peka dengan kondisinya sekarang ini.
      Kalau dia berada dalam kondisi yang tidak siap, sebaiknya kita
      tidak memaksakan melewati kemampuannya saat ini. Tapi kalau
      memang kita merasa ini berlama-lama dan terlalu panjang, kita
      perlu mengajaknya bicara dan menggali apa yang sebetulnya dia
      takuti, apa yang menjadi masalahnya sekarang ini. Mungkin ada
      hal-hal lain yang telah terjadi yang membuat pemuda atau pemudi
      itu merasa dirugikan sekali. Dari situ barulah kita bisa
      membantunya untuk keluar dari jeratan itu.
------
  T : Ada pasangan yang masih pacaran, sekalipun mereka sudah berpisah
      tapi mereka itu bertekad untuk tetap menjalin hubungan baik,
      sehingga masih tetap berhubungan dengan orang tuanya, sering
      telepon, dsb.. Akibatnya luka itu tidak sembuh-sembuh?
 
  J : Itulah sebabnya setelah putus, penting sekali kedua belah pihak
      itu bisa dengan realistik menentukan langkah berikutnya. Jika
      satu pihak tidak bersedia untuk melanjutkan kontak sebagai
      teman, pihak yang satunya seyogianya menghormati karena bisa
      memperpanjang luka.
------
  T : Kadang-kadang masih tebersit harapan siapa tahu nanti masih
      berbaikan kembali?
 
  J : Betul, kadang-kadang itu yang muncul. Ini membawa kita kepada
      poin berikutnya, yaitu kadang-kadang orang berkata: "O ...,
      Tuhan pasti punya kehendak dan Tuhan akan menggantikan dengan
      yang lebih baik." Penghiburan ini kurang tepat, sebab belum
      tentu Tuhan akan memberikan secepat itu, atau sebaik, atau pun
      yang lebih baik dari itu. Obat penawarnya adalah di Roma 8:28,
      "Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala
      sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi
      Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana
      Allah." Apa pun perasaan kita, seperti tidak ada harapan lagi,
      kosong, atau merasa ditinggalkan oleh Tuhan, kita mesti
      mengingat bahwa Tuhan sedang bekerja melalui peristiwa ini.
      Tujuan dari segalanya adalah untuk mendatangkan kebaikan bagi
      kita.
------
  T : Jadi dalam kondisi patah hati, kita bisa menganjurkan agar
      mereka itu justru lebih dekat dengan Tuhan?
 
  J : Betul, bersandar kepada Tuhan dan di sinilah iman bertumbuh
      sebab kalau kita mendapatkan terus yang kita inginkan, iman
      sulit bertumbuh. Iman bertumbuh justru di tengah-tengah
      ketidakjelasan. Jika kita tetap bersandar, percaya Tuhan akan
      mendatangkan kebaikan, dan Tuhan terlibat atas semua ini, di
      situlah iman kita pada Tuhan bertumbuh.
 
  
  Diterjemahkan dari:
  Nama situs        : Paul Murphy Books.Com
  Judul asli artikel: How Do You Mend A Broken Heart?
  Penulis           : Bianca Buenaventura

0 komentar:

Posting Komentar

anda akan terkejut apa bila di klik